Bagi orang – orang yang tinggal di kota besar, rata – rata kamar mandinya sudah di lengkapi dengan toilet duduk. Toilet model ini di anggap lebih bersih dan modern. Tapi apakah toilet duduk lebih sehat di banding toilet jongkok?

Sebagian besar orang yang hidup di belahan bumi barat buang air besar dengan posisi duduk karena flushing toilet telah di ciptakan di akhir abad ke – 16. Tapi orang – orang di asia, timur tengah, atau beberapa bagian mediterania, lebih akrab dengan toilet duduk.

Meski penggunaan toilet duduk sudah ada sejak lama, namun toilet jongkok dan duduk mulai di bandingkan dan perdebatan muncul pada tahun 1960, ketika jumlah buku teks medis menyarankan bahwa posisi jongkok ternyata lebih sehat. Tidak hanya lebih alami, tapi juga lebih nyaman.

Dalam sebuah penelitian yang di terbitkan dalam jurnal digestive diseases and sciences, dov sikirov menilai bahwa berjongkok atau duduk saat di toilet bisa mempengaruhi kelancaran anda saat buang air besar.

dalam studi terpisah, para penemu dari squatty potty juga menunjukkan sejumlah manfaat sehat dari toilet jongkok, yaitu mengurangi sembelit kembung, dan gas. Menurunkan insiden dan gejala wasir, meningkatkan kesehatan usus besar secara keseluruhan, otot panggul dan kontrol kandung kemih menjadi lebih baik.

Menurut berbagai penelitian, toilet jongkok lebih menyehatkan karena adanya peningkatan sudut anorektal, yaitu tabung yang di lalui tinja untuk keluar dari tubuh.

Saat menggunakan toilet duduk, lintasan ini bengkok sehingga membutuhkan lebih banyak usaha untuk melewatkan kotoran. Sedangkan pada posisi jongkok, sudut anorektal cenderung lebih lurus, sehingga proses buang air besar menjadi lebih mudah.

Selain itu, posisi duduk menyebabkan rektum terhalang oleh otot puborectalis. Otot ini sangat penting untuk aktivitas sehari – hari karena mengontrol ketegangan perut, tetapi dapat menjadi penghalang ketika tiba saatnya buang air besar. Sedangkan posisi jongkok membantu otot puborectalis lebih rileks, mengurangi jumlah ketegangan yang di perlukan untuk evakuasi tinja.

Hampir sebagian besar kantor, mall dan rumah sudah menggunakan toilet duduk.

Budaya barat sebagian menggunakan toilet duduk, tetapi di beberapa negara asia dan eropa timur masih sangat lazim di jumpai toilet jongkok. Meskipun kini banyak negara – negara itu yang sudah mengadopsi toilet duduk.

Bagi orang barat, toilet duduk identik dengan sanitasi pembuangan kotoran yang tepat dan menurunkan penyakit yang terkait dengan diare di bandingkan dengan toilet jongkok. Toilet duduk juga kerap di identikan dengan mudahnya penyebaran virus atau bakteri yang bisa menginfeksi organ reproduksi.

Selalu ada pro dan kontra dari setiap metode yang di gunakan yaitu : toilet duduk toilet ini sangat baik di gunakan pada orang yang telah mengalami penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot, kelebihan berat badan serta orang yang keseimbangannya buruk. Toilet duduk juga mencegah kontak langsung dengan bau dan kutu saat tersambung ke limbah saniter yang tepat.

Kerugian dari toilet ini adalah memicu beberapa masalah medis seperti wasir, panggul prolapse ( turun panggul ) pada perempuan, radang usus buntu, inkontinensia, masalah prostat dan disfungsi seksual.

Selain itu toilet duduk di duga bisa menjadi tempat penyebaran bakteri atau virus yang dapat menginfeksi manusia seperti dermatitis atau iritasi kulit.

Salah satu peneliti pernah mengungkapkan bahwa toilet duduk sangat bagus untuk mencegah wasir, mengurangi tekanan yang di perlukan saat buang air besar serta mengobati sembelit.

Orang yang menggunakan toilet jongkok lebih baik dalam hal mengembangkan otot kaki dan punggung. Toilet jongkok juga memberikan keuntungan mencegah kontak langsung antara permukaan toilet dengan tubuh, hal ini bisa mencegah penularan berbagai penyakit atau infeksi.

Kerugian dari toilet ini hanya tidak bisa di gunakan oleh semua kalangan, terutama orang tua, orang cacat atau obesitas karena akan menimbulkan rasa tak nyaman. Selain itu toilet jongkok di duga bisa memicu timbulnya artritis dan meningkatkan tekanan pada lutut.

Tapi hal ini bisa di cegah dengan meletakkan sepenuhnya kedua telapak kaki di lantai dan postur tubuh yang tepat.

Hal terpenting yang harus di perhatikan adalah sistem sanitasi serta pengelolaan limbah yang baik untuk menghindari kontaminasi tanah dan air. Karena sanitasi yang buruk bisa menjadi salah satu penyebab utama penyakit dan kematian bayi di beberapa negara berkembang.